SISTEM PERTAHANAN TUBUH
A.
Sistem
Limfatik
Sistem
limfatik terdiri atas dua bagian penting, yaitu pembuluh limfa serta berbagai
macam jaringan dan organ limfoid diseluruh tubuh. Pembuluh limfa berfungsi
untuk mengangkut cairan kembali ke peredaran darah. Organ limfoid berfungsi
sebagai tempat hidup sel fagositik dan limfosit yang berperan penting untuk
melawan penyakit (Pratiwi, 2012).
Limfa
dalah cairan yang berada di dalam pembuluh limfa. Limfa berasal dari plasma
darah yang merembes keluar dari pembuluh kapiler di sistem peredaran darah.
Cairan yang keluar tersebut menjadi cairan intersisial yang mengisi ruang antar
sel di jaringan. Setelah beredar ke seluruh tubuh, cairan tersebut terkumpul
dan kembali ke sistem peredaran darah melalui sistem limfa (Pratiwi, 2012).
Fungsi sistem limfa
adalah sebagai berikut:
1. Mengambil
kelebihan cairan dari jaringan dan mengembalikannya ke darah.
2. Mengabsorpsi
lemak dan lakteal di usus halus kemudian mengangkutnya ke darah.
3. Membantu
pertahanan tubuh melawan penyakit.
1.
Pembuluh
Limfa
Pembuluh limfa
merupakan bagian penting dalam sistem peredaran limfa. Peredaran limfa adalah
peredaran terbuka. Limfa dari jaringan tubuh akan masuk ke kapiler limfa.
Kapiler limfa akan bergabung dengan kapiler limfa yang lain membentuk pembulum
limfa. Pembuluh limfa akan terkumpul di pembuluh limfa dada. Limfa akhirnya
akan kembali ke sistem peredaran darah. Aliran limfa dalam pembuluh limfa
dipengaruhi oleh otot rangka. Disepanjang pembuluh limfa terdapat bukunlimfa
(nodus limfa) yang berbentuk bulatan kecil.
Semua cairan
limfa yang berasal dari daerah kepala, leher, dada, paru-paru, jantung dan
lengan kanan terkumpul dalam pembuluh-pembuluh limfa dan bersatu menjadi
pembuluh limfa kanan (duktus limfatikus
dekster). Pembuluh limfa ini bermuara di pembuluh balik (vena) dibawah
tulang selangka kanan. Cairan limfa yang berasal dari bagian selain yang
bermuara di pembuluh limfa kanan akan bermuara pada pembuluh limfa dada (duktus toraksikus) yang bermuara
ditulang selangka kiri (Sudjiono, 2009).
2.
Organ-Organ
Limfoid
Organ-organ
limfoid mencakup sumsum merah., nodus limfa, limpa, timus, dan tonsil. Timus
berfungsi untuk menghasilkan limfosit T. Organ limfoid lainnya berperan untuk
mengumpulkan dan menghancurkan mikroorganisme penginfeksi di dalam jaringan
limfoid (Pratiwi, 2012).
a.
Sumsum
merah
Sumsum
merah mencakup jaringan yang menghasilkan limfosit. Saat dilepaskan dari sumsum
merah, sel-sel limfosit masih identik. Perkembangan selanjutnya apakah sel-sel
tersebut akan menjadi sel B atau sel T tergantung pada tempat pematangannya.
Sel B mengalami pematangan di sumsum merah, sedangkan sel T mengalami
pematangan di timus. Kedua jenis limfosit tersebut bersirkulasi diseluruh tubuh
dan limfa, kemudian terkonsentrasi dalam limfa, nodus limfa, dan jaringan
limfatik (Pratiwi, 2012).
b.
Nodus
Limfa
Nodus
limfa diselubungi jaringan ikat longgar yang membagi nodus menjadi
nodulus-nodulus. Tiap nodulus mengandung ruang-ruang (sinus) yang berisis
limfosit dan makrofag. Saat cairan limfa melewati sinus maka makrofag akan
memakan bakteri dan mikroorganisme lain yang terbawa. Jadi, fungsi nodus limfa
adalah menyaring mikroorganisme yang ada dalam limfa. Nodus limfa dapat bersifat
tunggan maupun berkelompok (Pratiwi, 2012).
c.
Limpa
Limpa
dalah organ limfoid terbesar. Limpa mempunyai dua fungsi utama, yaitu membuang
antigen yang etrdapat dalam darah serta menghancurkan sel darah merah yang
sudah tua (Pratiwi, 2012).
d.
Timus
Timus
adalah tempat limfosit berkembang menjadi sel T. Timus mensekresikan hormaon
timopoietin yang meyebabkan kekekbalan pada sel T. Timus berbeda dengan organ
limfoid lainnya karena hanya berfungsi untuk tempat pematangan limfosit. Selain
itu, timus adalah satu-satunya organ limfoid yang tidak memerangi antigen
secara langsung (Pratiwi, 2012).
e.
Tonsil
Tonsil
adalah organ limfoid yang paling sederhana. Tosil berfungsi untuk melawan
infeksi pada saluran pernapasan bagian atas dan faring. Tonsil pada manusia
mencakup adenoid, tonsil saluran, palatin, dan lidah (Pratiwi, 2012).
B.
Sistem
Kekebalan (Imunitas)
Dalam kondisi
normal, apabila ada mikroorganisme seperti bakteri atau virus masuk ke tubuh,
tubuh akan menolak dan menghancurkannya. Tubuh memiliki sistem kekebalan
berlapis untuk menghadapi benda asing dari luar yang dapat menyebabkan
penyakit. Untuk dapat masuk ke dalam jaringan tubuh, benda asing harus melewati
beberapa penghalang, antara lain kulit, membran mukosa, protein antimikroba,
sel fagosit, dan limfosit. Sistem kekebalan terdiri atas kekebalan bawaan dan
kekebalan adaptif (Budiati, 2009).
1.
Kekebalan
bawaan
Kekebalan bawaan
merupakan bagian dari tubuh kita. Penghalang yang melindungi tubuh sel, sel,
dan senyawa kimia dan berfungsi sebagai pertahanan pertama ini telah ada sejak
kita dilahirkan (Pratiwi, 2012).
a.
Perlindungan
permukaan
Kulit
dan membran mukosa merupakan lapis pertama pertahanan tubuh. Selama kulit tidak
rusak, epitelium yang berlapis keratin ini sulit ditembus oleh mikroba. Keratin
yang melapisi epitelium kulit juga tahan terhadap asam dan basa lemah serta
racun dan enzim bakteri. Apabila mikroba dapat menembus kulit, membran mukosa
yang menghasilkan lendir akan menjerat mikroba tersebut. Perlindung yang
dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa adalah sebagai berikut:
1) Hasil
sekresi kulit cenderung bersifat asam (pH 3-5), sehingga menghambat pertumbuhan
bakteri. Minyak (sebum) pada kulit mengandung zat kimia yang beracun bagi
bakteri.
2) Mukosa
lambung mengandung larutan HCl dan enzim pencerna protein. Kedua zat tersebut
dapat membunuh mikroorganisme.
3) Ludah
dan air mata mengandung lisozim, yaitu enzim penghancur bakteri.
4) Lendir
yang lengket akan memerangkap mikroorganisme yang masuk ke saluran pencernaan
dan saluran pernapasan.
b.
Kekebalan
tubuh
Jika mikroba berhasil melewati penghalang
permukaan tubuh, masih ada penghalang berikutnya yang bersiap melawannya.
Penghalang yang dimaksud adalah perlindungan dalam tubuh yang bersifat
nonspesifik. Nonspesifik artinya penghalang tersebut melawan semua patogen
tanpa membeda-bedakan. Perlindungan nonspesifik ini mencakup antara lain
fagosit, sel natural killer (sel NK), dan protein antimikroba (Sudjiono, 2009).
1)
Fagosit
Sel
yang termasuk dalam fagosit (sel pemakan) misalnya makrofag, neutrofil dan
eosinofil. Makrofag berasal dari monosit, yang merupakan bagian dari sel darah
putih. Neutrofil dan eosinofil juga merupakan bagian dari sel darah putih.
Monosit, neutrofil, dan eosinofil yang dihasilkan di sumsum merah bersifat fagositik
dan masuk ke dalam jaringan yang terinfeksi. Eosinofil merupakan fagosit yang
lemah tetapi berperan penting dalam pertahanan tubuh melawan cacing parasit
(Pratiwi, 2012).
Sel
yang dirusak oleh mikroba akan menghasilkan sinyal kimiawi yang berfungsi “memanggil”
neutrofil. Mendatangi sel-sel rusak ini dan masuk ke jaringan yang terinfeksi
caranya, neutrofil akan keluar dari pembuluh darah dengan menembus dinding
kapiler. Neutrofil akan menelan dan menghancurkan mikroba tersebut. Satu
neutrofil mampu memfagosit 5-20 bakteri (Pratiwi, 2012).
Saat
neutrofil melakukan tugasnya melawan benda asing, monosit akan menyusul
mendatangi daerah luka. Monosit dihasilkan di sumsum merah dan akan masuk ke
peredaran darah. Monosit merupakan sel yang belum masak dan kurang bersifat
fagosit. Dalam waktu 12 jam setelah monosit meninggalkan darah dan masuk ke
jaringan monosit akan membesar dan menghasilkan banyak lisosom. Lisosom akan
berkembang menjadi makrofag. Makrofag akan menggantikan fungsi neutrofil dalam
pertempuran melawan benda asing. Makrofag mampu memfraksi 100 bakteri dengan
cara menempel ke bakteri dengan kaki pseudopodium kemudian merusaknya (Pratiwi,
2012).
2)
Sel
Natural Killer (Sel NK)
Sel
NK berjaga disistem peredaran darah dan limfati. Sel NK merupakan sel
pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel tubuh yang
terinfeksi virus sebelum diaktifkannya sistem kekebalan adaptif. Sel NK tidak
bersifat fagositik. Sel-sel ini membunuh dengan cara menyerang membran sel
target dan melepaskan senyawa kimia yang disebut perforin (Pratiwi, 2012).
3)
Protein
Antimikroba
Protein
mikroba meningkatkan pertahanan dalam tubuh dengan melawan mikroorganisme
secara langsung atau dengan menghalangi kemampuannya untuk bereproduksi. Protein
antimikroba yang penting adalah interferon dan protein komplemen (Pratiwi,
2012).
Interferon
merupakan suatu protein yang dihasilkan oleh sel tubuh yang terinfeksi virus untuk melindungi bagian sel lain di
sekitarnya. Interferon mampu menghambat perbanyakan sel-sel yang terinfeksi,
namun dpat meningkatkan diferensiasi sel-sel (Pratiwi, 2012).
Protein
komplemen adalah sekelompok plasma protein yang bersikulasi di darah dalam
keadaan tidak aktf. Protein komplemen dapat diaktifkan oleh munculnya ikatan
antigen dan antibosi atau jika protein komplemen bertemu dengan molekul
polisakarida di permukaan tubuh mikroorganisme (Pratiwi, 2012).
2.
Kekebalan
Adaptif
Sistem kekebalan
adaptif diaktifkan oleh sistem kekebalan bawaan. Kekebalan adaptif mampu
mengenali dan mengingat patogen spesifik sehingga dapat bersiap jika infeksi
patogen yang sama terjadi di kemudian hari. Contoh sistem kekebalan adaptif
yang penting adalah limfosit.limfosit akan berkembang menjadi dua jenis sel, sel
T dan sel B (Budiati, 2009).
Sel T umumnya
bekerja melawan antigen sel eukariot, misalnya jamur atau sel manusia hasil
transplantasi. Sel T juga dapat menghancurkan sel tubuh yang terinfeksi virus
atau patogen lainnya dan dapat membunuh sel kanker. Sel B bekerja melawan
antigen berupa bakteri dan racun bakteri dan racun bekteri yang masuk ke dalam
tubuh (Pratiwi, 2012).
Limfosit telah
matang sebelum bertemu dengan antigen yang akan dilawannya. Artinya, bukan
antigen melainkan gen kitalah yang menentukan benda asing yang akan dilawan
oleh limfosit. Antigen hanya akan menentukan jenis sel B atau T yang akan
melawan benda asing tersebut (Pratiwi, 2012).
Jika ada protein
asing (antigen) masuk kedalam tubuh, sel B yang telah terspesialisasi akan
mengahsilkan protein yang disebut antibodi. Antibodi merupakan protein plasma
yang dihasilkan oleh limfosit B. Antibosi disebut juga imunoglobin (Ig) karena
memiliki protein darah gamma globulin. Antibodi dihasilkan oleh individu jika
ada rangsangan antigen. Ada tiga jenis antigen, yaitu cebagai berikut (Pratiwi,
2012).
a. Heteroantigen,
merupakan antigen yang berasal dari spesies lain.
b. Isoantigen,
merupakan antigen dari spesies yang sama tetapi struktur genetiknya berbeda.
Misalnya pada ibu yang hamil akan timbul antibodi akibat antigen darah anak
masuk ke dalam sirkulasi darah ibu.
c. Autoantigen,
merupakan antigen yang berasal dari tubuh itu sendiri dan menyebabkan
pembentukan antibodi tubuh juga. Misalnya, antibodi pada hemolitik anemia
autoimun.
Antibodi tidak
dapat langsung menghancrkan antigen. Antibodi hanya akan menonaktifkan antigen
dan menandainya agar dihancurkan oleh fagosit. Setiap antibodi dibentuk khusus
untuk tiap antigen yang umumnya berupa kuman penyakit. Antibodi yang dapat
menggumpalkan antigen disebut presipitin, antibodi yang dapat menguraikan
antigen disebut lisin, dan antibodi yang dapat menawarkan racun disebut
antitoksin (Pratiwi, 2012).
Keadaan sistem
pertahanan tubuh yang sangat peka terhadap antigen tertentu disebut alergi.
Reaksi alergi dapat disebabkan antara lain oleh bulu binatang, serbuk sari, dan
debu. Antibodi yang terlibat dalam reaksi alergi adalah dari kelas IgE
(imunoglobulin E). Jika ada zat penyebab alergi masuk ke dalam tubuh, IgE akan
merangsang makrofag untuk melepaskan histamin dan penyebab peradangan lain
(Budiati, 2009).
3.
Macam-macam
Kekebalan Tubuh
Dilihat dari
segi ingatan imunologis, kekebalan dibagi atas kekebalan aktif dan pasif.
Kekebalan aktif dapat “mengingat” patogen tertentu yang pernah masuk ke dalam
tubuh. Ingatan kekebalan pasif lebih bersifat jangka pendek.
a.
Kekebalan
aktif
Kekebalan
aktif adalah jika tubuh menghasilkan antibodi untuk menahan molekul asing
(antigen). Kekebalan yang didapat setelah seseorang mengalami sakit disebut
kekebalan aktif yang alami. Mekanismenya, kuman penyakit yang masuk ke dalam
tubuh telah merangsang tubuh menghasilkan antibodi untuk melawan penyakit.
Apabila penyakit yang sama menyerang kembali, tubuh telah memiliki antibodi
sehingga tubuh menjadi kebal dan tidak terserang penyakit (Pratiwi, 2012).
Kekebalan
aktif dapat juga terbentuk secara buatan, yaitu dengan vaksinasi. Vaksin dapat
berupa racun bakteri, mikroorganisme yang dilemahkan, atau mikroorganisme mati.
Dengan pemberian vaksin, tubuh dirangsang untuk menghasilkan antibodi sehingga
jika penyakit sesungguhnya menyerang, tubuh telah memiliki antibodi untuk
melawannya. Misalnya, vaksin polio diberikan ada anak agar anak tersebut kebal
terhadap virus polio (Sudjiono, 2009).
b.
Kekebalan
pasif
Kekebalan
pasif adalah kekebalan yang didapat dari pemindahan antibodi dari suatu
individu ke individu lainnya. Hal ini dapat terjadi secara alami pada bayi
dalam kandungan. Antibodi wanita hamil akan masuk ke tubuh bayi lewat plasenta.
Antibodi-antibodi tertentu juga dapat masuk ke tubuh bayi lewat air susu ibu
pertama (kolostrum) yang diminum oleh
bayi. Kekebalan pasif juga dapat terjadi secara buatan dengan menyuntikkan
antibodi dari manusia atau hewan yang telah kebal terhadap suatu penyakit,
misalnya rabies (Pratiwi, 2012).
4.
Penyakit
yang Berhubungan dengan Sistem Kekebalan
Hal-hal tertentu
dapat menyebabkan terganggunya sistem kekebalan. Masalah yang timbul pada
sistem kekebalan dapat terjadi karena defisiensi kekebalan (misalnya pada kasus
AIDS) dan autoimunitas.
a.
AIDS
Pada
tahun 1981, para ahli kesehatan di Amerika Serikat menemukan penyakit kerusakan
sistem kekebalan atau Acquired
Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Kemudian pada tahun 1983, ahli virus
diAmerika Serikat dan Perancis berhasil mengidentifikasi penyebab penyakit
AIDS. Virus ini disebut HIV (Human
Immunodeficiency Virus) (Pratiwi, 2012).
HIV
menginfeksi sel T limfosit yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh. Sel T yang
terinfeksi dapat membentuk virus baru dalam jangka waktu yang lama. HIV juga
dapat menetap selama bertahun-tahun sebagai provirus yang berbaur dalam genom sel yang diinfeksi. Provirus ini
menyerang sistem kekebalan. Biasanya penderita AIDS akan meninggal jika terjadi
komplikasi berbagai infeksi dalam tubuhnya akibat tidak berfungsinya sistem
kekebalan (Pratiwi, 2012).
b.
Autoimunitas
Autoimunitas
adalah suatu kelainan dengan ciri sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan
tubuh sendiri. Contoh penyakit autoimunitas adalah penyakit Addison kelenjar
adrenal, toroiditis, artritis rematoid, multiple
sclerosis, anemia pernisius, dan lupus (Pratiwi, 2012).
Pada
artritis rematoid, penyebabnya diduga dipicu oleh infeksi virus dan bakteri
yang memiliki molekul permukaan mirip dengan molekul persendian. Ketika tubuh
dirangsang untuk menyerang molekul asing, jaringan sendi juga ikut diserang karena
kemiripan molekul tersebut (Pratiwi, 2012).
LATIHAN SOAL
1.
Masuknya zat asing ke dalam tubuh akan
mendapat perlawanan dari ....
a. Antibodi
d.
Eritrosit
b. Antigen e.
Trombosit
c. Leukopenia
2.
Sifat pembuluh getah bening (limfa)
adalah berikut ini, kecuali ....
a. Berwarna
kuning
b. Mampu
mengangkut lemak
c. Mengedarkan
oksigen dan karbon dioksida
d. Mekanisme
pengedaran disebabkan oleh otot rangka
e. Berpembuluh
kil
3.
Zat kimia yang tersusun atas protein
yang dibentuk oleh tubuh untuk melindungi sel atau jaringan dari serangan virus
adalah ....
a. Interferon d.
Resistensi
b. Vaksin
BCG e.
Antigen
c. ATS
4.
Penyebab kematian yang umum dialami
orang yang terserang HIV adalah kerusakan pada ....
a. Eritrosit d.
Eritroblast
b. Monosit e.
Limfosit
c. Trombosit
5.
Kekebalan aktif secara buatan dapat
diperoleh melalui ....
a. Vaksinasi
b. Pengalaman
sakit
c. Pemberian
antibodi lewat plasenta
d. ASI
e. Penyuntikkan
antibodi
6.
Makrofag adalah sel raksasa yang dapat memangsa
mikroba patogen. Sel ini merupakan perkembangan dari ....
a. Neutrofil d.
Leukosit
b. Basofil e.
Eosinofil
c. Monosit
7.
Apabila antigen yang masuk berasal dari
spesies yang sama tetapi berbeda materi genetiknya, tubuh akan membentuk ....
a. Heteroantibodi d. Interferon
b. Isoantibodi e.
Histamin
c. Autoantibodi
8.
Perbedaan perkembangan sel T dengan sel
B adalah ....
a. Sel
T matang di trakea, sel B matang di timus
b. Sel
B matang di bronkus, sel T matang di timus
c. Sel
T matang di tiroid, sel B matang di sumsum tulang
d. Sel
T matang di timus, sel B matang di sumsum merah
e. Sel
B matang di hati, sel T matang di trakea
9.
Kekebalan yang terjadi akibat seseorang
disuntik ATS tergolong kekebalan ....
a. Aktif
alami d.
Pasif buatan
b. Aktif
buatan e.
Aktif sesaat
c. Pasif
alami
10. Benteng
pertahanan pertama tubuh dari serangan mikroba adalah ....
a. Kulit
yang utuh dan halus
b. Kulit
yang luka
c. Kelenjar
mukosa di mulut dan lambung
d. Leukosit
e. Antibodi
11. Fagosit
yang berperan dalam pertahanan tubuh melawan cacing parasit adalah ....
a. Eosinofil d.
Limfosit T
b. Neutrofil e.
Limfosit B
c. Makrofag
12. Salah
satu sel yang mampu membunuh sel-sel kanker adalah ....
a. Makrofag d.
Eosinofil
b. Sel
natural killer e.
Limfosit T
c. Neutrofil
13. Benda
asing yang masuk ke dalam tubuh kita disebut ....
a. Kuman d.
Antibodi
b. Antigen e.
Imunoglobulin
c. Autoimunitas
14. Autoimunitas
terjadi karena ....
a. Antibodi
tubuh mengenali adanya antigen
b. Antibodi
tubuh menghancurkan jaringan tubuh yang rusak
c. Antibodi
tidak mengenali jaringan tubuh dan menganggapnya sebagai antigen
d. Antibodi
menganggap antigen yang masuk ke dalam tubuh sebagai jaringan tubuh
e. Antibodi
menyerang antigen yang datang dari dalam tubuh
15. Sel
yang berfungsi sebagai alat kekebalan setelah mengalami pematangan di kelenjar
timus....
a. Sel
natural killer d.
Sel B
b. Sel
T e.
Sel plasma
c. Makrofag
TES FORMATIF
1.
Jelaskan perbedaan antigen dengan
antibodi!
2.
Jelaskan proses mekanisme pertahanan
tubuh terhadap benda asing!
3.
Jelaskan dampak yang terjadi jika
pertahanan tubuh lemah!
4.
Jelaska peran nodus limfa!
5.
Jelaskan pengaruh penyakit autoimunitas
bagi penderitanya!
DAFTAR PUSTAKA
Budiati, H. (2009). Biologi untuk SMA & MA Kelas XI.
Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
Pratiwi, D.A., Maryati,
S., Srikini, Suharno, Bambang. (2012). Biologi
SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Sudjino (2009). Biologi kelas XI untuk SMA/MA Langkah
Sembiring. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional
www.google.com